Sabtu, 03 November 2018

November 03, 2018
Cerita Dewasa Terbaru, Pembantu, Cerita Ngentot, Cerita Bersetubuh, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Bersenggama, Cerita Bokep, Cerita Ngesex Sama Pembantu, Cerita Sendiri Di rumah, Cerita Ngewe, Cerita Penis Gede, Cerita memek Basah, Cerita Kontol Gede, 
Cederu - Waktu itu aku sedang menjaga rumah adik, keluarganya akan pergi dan kembali pada sore hari. Lili sedang di rumah, karena perutnya sedang sakit. Sebelum keberangkatan keluarga adik, aku sudah berada di sana.

“Mas..Lili di rumah, perutnya sedang sakit. jadi tak di ajak“, adikku memberi tahu. “Oo..ya“, jawabku. Beberapa menit kemudian mereka pun berangkat. Aku segera memasukkan sepeda motor ke dalam rumah. Lili pun mengunci pagar. Aku masuk rumah lalu duduk di depan komputer, karena suami adikku memasang internet di rumah untuk mendukung pekerjaannya.

Mengecek emailku cari info ini itu dan..tentunya get into DS..he3x. 10menit kemudian Lili menyiapkan segelas es teh untukku. “Makasih ya Li“, ucapku. “Iya Pak..silakan diminum tehnya“, kata Lili. Pembokat adikku sudah memang biasa memanggilku “Pak“ pada semua saudara majikannya, padahal terdengar sedikit aneh di telinga.

Lili lalu kembali ke dapur, aku pun meminum es tehnya, “Hah..segernya rasanya“, cuaca panas walau agak mendung. Lili kembali memasuki ruang tamu, merapikan mainan anak adikku. Posisi meja komputer dan mainan yang berserakan di lantai selisih dua kotak. Semula aku tidak sadar akan hal itu. Mataku yang masih menatap layar komputer di situs DS.

Saat Lili mulai memasukkan kembali mainannya ke keranjang, baru aku menyadarinya. Sesekali aku meliriknya. “Anak ini ternyata putih juga. Bodynya biasa aja sih, langsing dan kayaknya masih padat. Wah..ini gara – gara mengunjung isitus DS jadi pikiranku agak kacau..hi3x“, bisikku dalam hati. Karena jarak kami yang tidak begitu jauh.

Maka ketika Lili di lantai merapikan mainan di keranjang, otomatis kaosnya yang turun memperlihatkan sebentuk keindahan yang ditutupi kain warna biru. Lili jelas tidak sadar dengan lirikan mataku yang sedang menikmati keindahan tubuhnya. “Andaikan aku…uhh..ngayal nih“. Tak terasa penisku mulai menegang, “Ke kamar mandi membetulkan posisi penis nih..sambil buang air kecil“. Komputer kutinggal dengan layar masih hidup video bokepnya. Aku langsung masuk kamar mandi, membuka jins dan cd lalu mengeluarkan penis. Sangat sulit untuk kencing dengan kondisi penis yang sedikit tegang. “Lah..pintu nya lupa kututup“, aku terkejut. “Terlanjur..gak ada orang lain kok“, aku mendinginkan diri.

Aku langsung keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer, melanjutkan mencari cari DS. “Cari camilan di meja makan ah..jadi lapar“. Aku mencari sesuatu untuk dimakan di saat aku nge – net. “Asyik... ada roti dan biskuat“. Roti kuoles dengan mentega dan selai kacang dan diatasnya kulapis dengan selai blueberry, “Hmm..enaknya. Nanti bikin lagi ah..masih banyak rotinya“.

Rumah adikku ruangan nya tidak begitu luas, jadi jarak antar ruangan agak dekat. Letak meja makan dengan kamar pembantu hanya berjarak tiga meter. Kucoba mengintip, sedang apa Lili di kamarnya. Selesai menyelesaikan melapisi roti, aku kembali ke ruang keluarga yang melewati kamar pembantu dan kamar mandi mereka. Aku dan Lili bertatapan mata, tidak ada sesuatu, biasa saja. Kumakan roti sambil nge – DS lagi.

Terdengar gemercik air di belakang. Mungkin Lili sedang mencuci perabotan dapur atau sedang mandi. “Lupa ambil air putih nih..“, tidak bermaksud apa apa dengan suara air tersebut. Hanya kebetulan aku belum minum air putih, walau telah ada es teh. Aku pergi ruang makan lagi dan mengambil gelas langsung menuju dispenser. Mata dan pikiran penasaran dengan suara air yang mengucur dari dispenser. Baru setelah melewati kamar mandi pembantu ada yang special di sana. ”Lah..pintunya kok sedikit terbuka. Lili lupa mengunci pintu dan sedang apa ya di dalam..moga gak mandi. Bisa dilaporin ngintip aku”. Masih tak terlihat kegiatannya, setelah tangan yang sedang menggapai gayung dan kaki yang diguyurnya baru aku sadar..Lili sedang mandi.

”Duhh..kesempatan yang tak bisa ku sia sia kan..tapi..kalo dia teriak dan nanti pasti lapor adikku..bisa jadi masalah besar. Berlagak tidak melihat apa apa ahh”. Aku menutup pintu kaca ruang makan dan melewati kamar mandi Lili. Tiba tiba saja ”Ahh..ada kecoak..Hush..hush..Aduhh..gimana nih”, terdengar keributan di sana. ”He3x..ternyata dia takut kecoak toh”, aku tersenyum sambil pegang gelas saat melewati kamar mandi.

”Pak..Pak”, Lili memanggilku. ”Walah..malah panggil aku. Gimana nih”. ”Tolong ambilkan semprotan serangga di gudang ya Pak..cepet ya Pak..atau..”, tidak terdengar lanjutan kalimatnya. Sejak Lili bersuara, aku sudah berhenti dan diam di dekat pintu kamar mandi. ”Atau..Bapak yang masuk lalu pukul kecoaknya..mumpung kecoa masih di sini”, lanjutnya. Deg..”Ini..antara perasaanku yang jadi nyata dan ketakutan kalo dilaporkan”, aku berpikir. ”Cepet Pak..kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk aja..nggak papa.

Nggak saya laporin ke Bapak sama Ibu”,Lili tahu keraguanku. ”Jangan ah..nanti kalo ada yang tau atau kamu laporin bisa masalah ntar”, jawabku. ”Nggak Pak..bener. Aduh..cepet Pak..dia mau pindah lagi”, Lili kembali meyakinkanku dan meminta aku cepat masuk karena kelihatannya si kecoak mau lari lagi. ”Ya sudah kalo gitu. Bentar..ambil sandal dulu”. Sambil tetap menimbang, take it or leave it. Aku menaruh gelas di meja makan lalu mengambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu.

Entah rejeki atau kesialan bagiku tentang kecoak itu. ”Aku masuk ya Li”, ucapku ragu. ”Masuk aja Pak”, Lili terus membujukku. Kubuka pintu kamar mandinya sedikit, lalu kuintip letak kecoaknya, belum terlihat. Pintu dibuka lebih lagi oleh Lili. Kepalanya sedikit terlihat dari balik pintu dan tangannya menunjuk letak kecoak, ”..tuh Pak mau lari lagi”. Aku melihatnya dan mulai masuk. Lili berdiri di balik pintu dengan menutupi sedikit bagian tubuhnya dengan handuk. Terlihat pahanya lalu pundak dan daging susunya.

Serta rambut yang diikat ke belakang kepalanya, walau hanya sedikit semua. Handuknya menutupi bagian paha ke atas, perut hingga bagian dada, warna biru, yang pegang tangan kirinya. Semua hal itu dari ekor mataku, karena fokusku pada sang kecoak. ”Memang mulus dan cukup putih”, masih sempat aku memikirkannya. Bagaimana tidak, jarak kami hanya 2 – 3 langkah, tidak ada orang lain lagi di rumah.

”Plak..plak”, kecoaknya mati. Aku guyur dengan air agar masuk ke lubang pembuangan. Tanpa memikirkan lebih lanjut, aku langsung melangkah ke luar kamar mandi. ”Terima kasih ya Pak..sudah mau bantuin”. ”Oh..iya..”, sambil kutatap dia dan Lili tersenyum. ”Bapak nggak cuci tangan sekalian..di sini saja”, tawar Lili. ”Wah..ini. Makin bikin jantungku berdebar”. ”Emm..iya deh sekalian”.

Aku akan mencuci tanganku dengan sabun, yang ternyata sabun berada di belakang tubuh Lili. Aku melihat ke belakang tubuhnya. Rupanya dia baru sadar, lalu diambilkan sabunnya, ”Maaf Pak..ini sabunnya”. Lili mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang sedikit basah berpindah dan tangan kami mau tidak mau bersentuhan. ”Makasih ya”, ujarku. Aku mencuci tanganku dan mengembalikan sabun padanya.

”Bapak nggak..sekalian mandi”, tanya Lili. ”Waduh..ini apa lagi. Tambah gawat”. ”Iya..nanti di rumah”. ”Nggak di sini aja Pak?”. ”Kalo di sini yaa kamar mandi depan”. ”Di kamar mandi ini saja Pak..”. ”Nggaklah..jangan. Di depan aja. Kalo di sini ya habis kamu mandi”. ”Maksud saya..sekalian sekarang sama saya. Dipikir pikir Bapak sudah nolongin saya”. Matanya memohon. Deenngg, sebuah lonceng menggema di kepala. ”Ini ajakan yang membahayakan, juga menyenangkan”, pikirku. ”Bapak nggak usah memikirkannya. Saya nggak akan bilang ke siapa siapa. Ya Pak..di sini saja”, dia memahami pemikiranku. ”Emm..ya udah kalo kamu maunya gitu”, jawabku.

Entah mengapa aku merasa canggung saat akan membuka kaosku. Padahal tidak ada orang lain dan juga sesekali ke pijat plus. Aku melepaskan jam tanganku dulu, lalu aku keluar dan meletakkannya di meja makan. Posisi Lili masih tetap di belakang pintu, dengan tangan kanan menahan pintu agar tetap agak terbuka. Lalu aku kembali ke kamar mandi, kulepaskan kaosku dan kusampirkan di cantolan yang menempel di tembok. ”Pintunya nggak ditutup aja Li?”, tanyaku.

Pertanyaanku sesungguhnya tidak memerlukan jawaban, hanya basa basi. “Nggak usah Pak..kan nggak ada siapa – siapa”, jawab Lili. Lalu kubuka jinsku, kugantungkan juga. Sesaat aku masih ragu melepas kain terakhir celana dalamku. “Bapak nggak melepas celana dalamya ?”, tanyanya. “Heh..ya iya”, kujawab dengan nyengir. Penisku sebisa mungkin kutahan tidak mengeras, tapi hanya bisa kutahan mengembang ¼ – nya. Sengaja kutatap matanya saat melepas celana dalamku. Mata Lili sedikit membesar.

Kugantungkan juga celana dalamku. Lalu dengan tenang Lili menggantungkan handuk biru yang dari tadi menutup sebagian tubuhnya. “Duh..pantatnya masih ok. Pinggangnya tidak berlemak. Sabar ya nak..kita liat situasi dulu”, kataku pada sang penis sambil kuelus.Cerita Sex Terbaru, Kisah Nyata Dewasa, Cerita Terbaru, Cerita Dewasa Bugil, Tante Ngentot,Cerita Seks Toket Gede Telanjang.

Lili lalu membalikkan badan. Suara ludah yang kutelan. “Uhh..susu yang masih bagus juga. Pentilnya nggak terlalu besar, warnanya pas..nggak item banget. Perutnya yang rata dan..hmm..rambut bawahnya tidak banyak”. Mau tidak mau, penisku makin mengeras dan itu jelas dilihat Lili. Kembali sebisa kutahan penisku menegang. Lili lalu menggosok gigi dahulu. Karena aku tidak membawa sikat gigi, hanya berkumur dengan obat kumur. “Bapak saya mandiin dulu ya”, kata Lili.

“Terserah kamu”, jawabku sambil tersenyum. Lili lalu mengambil air, diguyurkan ke badan dari leher dan pundak. Mengambil lagi segayung, diguyurkan ke perut dan punggung ditambah senyum manisnya. Ia lalu meraih sabun, digosokkan ke leher, pundak; dada dan tangan kananku. Dibasahinya sabun dengan diguyur air lalu digosokkan ke tangan kiri, perut, penis, bola bolaku. “Uhh..gimana bisa nahan penis gak tegang”.

Bagaimana tidak, saat menggosok penis dan bola bolaku sengaja di gosok lalu di urutnya. Ditatapnya senjata kebanggaanku, lalu menatapku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum juga. Diambilnya lagi segayung air, sabun dibasahi dan sisanya diguyurkan ke paha dan kaki lalu digosoknya. Sabun kemudian diletakkan di pinggir bak mandi, kemudian mengambil segayung air dan diguyurkan ke badan depanku. Ambil segayung lagi dan diguyurkan lagi, tak lupa senjataku dibersihkan dari sisa sisa sabun. Sedikit diremas oleh Tinah. Kutahan keinginanku untuk membalas perlakuannya, “biar Lili yang pegang kendali”.

Baca Juga - Kumpulan Cerita Sex Nikmatnya Ngentot
“Balik badan Pak”, perintahnya. Air diguyurkan ke punggung dan bagian bawah badanku. Di gosoknya punggung, pantat, lalu paha dan kaki sisi belakang. Bonusnya, kembali menggosok penis dan bola bolaku dan meremasnya. “Duh..ni anak. Bikin nafsuku naik..sengaja membuat panas aku“. Kembali air mengguyur tubuh belakangku, sebanyak tiga kali. Dibalikkan badanku lalu mengguyur senjataku, digosok gosoknya hingga sedikit memerah. Jantungku makin berdebar. “Sudah selesai Pak“, kata Lili. “Makasih ya Li“.

“Emm..kamu mau tak mandiin juga ?“, kepalang basah, kutawarkan permintaan seperti dia tadi. “Nngg..nggak usah Pak..ngrepoti Bapak“. “Ya nggaklah..jadi imbang kan“. Langsung kuambil segayung air lalu kuguyur ke tubuh depannya. Ia hanya menatapku. Kuambil lagi segayung. Lalu sabun yang berada di pinggir bak mandi kuambil dan ku basahi. Kugosok leher, pundak, dan kedua tangannya.

Kubasahi sabun lagi dan kugosokkan ke dada, kedua susu dan pentilnya, beserta perutnya. Kutatap matanya saat kugosok kedua gunungnya yang kumainkan sedikit pentilnya. Lili juga menatapku. Matanya mulai sedikit sayu. 1 menit sudah kumainkan pentilnya, lalu sedikit kuremas susu kirinya. Bibirnya sedikit membuat huruf o kecil dan “ohh..hhmm“. Kubasahi lagi sabun, dan kugosokkan ke pinggang, paha dan kedua kakinya. Vagina luar hanya kusentuh sedikit dengan sabun, takut perih dan iritasi nanti. Itupun sudah cukup membuat matanya merem melek. Air segayung lalu kuguyurkan ke tubuhnya 2x. Kugosok dan kuremas sedikit keras dua gunungnya. Sedikit berguncang, dua tangan Lili memegang pinggir bak mandi, mulai erat. Kumainkan lagi pentil pentilnya.

Aku merundukkan badan dan kukecup pentilnya secara bergantian. Tak perlu lagi ijin darinya. Tangan kiriku langsung mengusap lembut vaginanya. “Ouuh Paakk..“, Lili mulai mendesah. Kukecup bibirnya lembut, “nanti dilanjut lagi“. Matanya seakan bernada protes, tapi Lili diam saja. Kubalikkan tubuhnya, lalu kuguyur punggungnya sekarang. Sabun kugosokkan ke punggung, pinggang, dan pantat. Sabunnya kubasahi lagi lalu kugosokkan ke paha dan kaki bagian belakang.

Aku menyusuri tubuh depannya lagi dari pinggang belakangnya. Lili sedikit menggeliat geli. Kutangkupkan dua tanganku di dua susunya. Aku senang bermain main di susu yang bagus atau masih ok. Seluruh belakang lehernya aku cium dan kecup, begitu juga dua kupingnya dan kubisikkan ”kamu diam saja ya..cup”. ”Geli Paakk..”, Lili mendesah lagi. Dua pentilnya makin mengencang dan keras. Aku memilin seperti mencari gelombang radio. Dua tangan Lili mencengkeram paha depanku. ”Aahh..hmmppff”, erangnya. Tangan kananku mengambil segayung air, kuguyur ke tubuh depannya. Kali ini kugesek vagina luarnya dengan tangan kanan, sedang yang kiri masih meremas susu kanan Lili.

Pahaku makin dicengkeramnya. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seiring kecupan dan ciumanku di belakang leher dan telinganya. Sesekali aku menyentuh bibir dalamnya. Terasa telah menghangat dan sedikit basah. ”Ppaakkk..oohhh”. Tubuhnya mulai menggeliat. Jari tengah kanan kumasukkan sedikit dan kusentuhkan pada dinding atas vaginanya, sedang jempol kananku kutekan di lubang kencingnya. ”Aauugghhh Ppaakkk..eemmmppfff”. Kuku Lili terasa menggores dua paha depanku. ”Kenapa Lili..hmm..kamu sendiri yang memulai kan”, bisikku.

Tangan kiriku meraih kepalanya dan kupalingkan ke kanan, dan kutahan lalu kucium lidah. Lili terkejut, matanya sedikit membesar tapi kemudian ia menikmatinya. Ganti tangan kananku melakukan hal yang sama. Lili hanya bisa mengeluarkan suara yang tertahan "nngg..emmppfftt..nnngggg”, begitu berulang.

Vagina dalamnya makin hangat dan basah. Secara tiba tiba kuhentikan lalu kubalikkan badannya menghadapku. Kemudian aku sandarkan tubuhnya di bak mandi. Aku kemudian berjongkok dan mulai menciumi vaginanya. ”Jjanggann Ppakk..jorok..”, dengan dua tangannya menahan wajahku. Kutatap matanya dan ”sssttt..”, jari telunjuk kanan kuletakkan di bibirnya. Dua tangannya kusandingkan di samping kiri dan kanan tubuhnya.

Kucium kecil, sekali dua kali. Kemudian lidahku mulai menjulur di Vaginanya. Mataku kuarahkan menatapnya. Lili agak malu rupanya, tetapi ada senyum kecil di sana. Lidahku makin liar menyerang vagina luar dan dalamnya. ”Ssuuddaahh Pppaakk..aaaddduuuhh..oohhhh”, disertai geliat tubuh yang makin menjadi. Karena tak tahan dengan seranganku, dua tangannya meremas dan sedikit menarik rambut dan kepalalu. Cairannya makin keluar. Dua tanganku mendekap erat buah pantatnya. Jari tengah kiriku sesekali kumasukkan ke vagina dari belakang lalu kesentuhkan dan kutekan sedikit ke anusnya. ”Aammppuuunnn Pppaakkk..oouuuggghh..eeemmmpppfffs

Ssuudddaahhh..ooohhhh”, pupilnya mengarah ke atas dan kepala serta rambutku diremasnya kuat. cairannya mengalir dengan deras, rasanya gurih sedikit manis. Kudekap erat Lilih dengan kepalaku di vaginanya dan pantatnya kuremas. Kepalaku tetap di jambak oleh Lili. Ia menarik kepalaku dan menciumnya ganas. Lambat laun Lili belajar dariku. Tangan kanannya meremas dan menarik narik penisku. ”Panjang ya Pak”, tanya Lili. ”Biasa kok Li..pingin ya..”, rayuku.

”Aahh Bapak..”, jawabnya dengan memainkan bola bolaku. Lili menundukkan tubuhnya lalu tangan kirinya memegang penis dan menciumnya. Mungkin ia belum pernah mengoral suaminya dulu sebab penisku hanya diciumnya dan diremasnya. ”Kamu mau ngemut burungku Li..kayak ngemut permen lolly ? Tapi kalo belum pernah ya nggak usah..nggak papa”.

Lili menatapku dan kubelai rambutnya. Dengan wajah ragu didekatkannya penisku di bibirnya. Lili mulai membuka mulut, dengan pelan penisku memasuki mulutnya. Lili menatapku lagi, meminta penjelasan langkah selanjutnya. ”Sekarang..kamu maju mundurkan dengan dipegang tanganmu. Yaa..gitu..oohh..hhmm”. Rupanya dia cepat mengerti penjelasanku. Rambut dan kepalanya kubelai dan jambak dengan lembut. ”Lalu..lidahmu kamu putar putar di kepala penis atau di lubang kencing yang bergaris panjang ituuu..yyyahhhh..sssuuudddaahh pppiiinnnttteeerrr kkkaaammuu Liiiii”.

Kuangkat kepalanya dari penisku dan kami berciuman dengan panas. Sambil meremas susu, pantat dan kelamin kami. Lalu kubalikkan lagi tubuhnya menghadap bak mandi. Dua tangannya kuletakkan di pinggir bak mandi. Kembali aku meremas di gunung Lili. Penisku yang telah panas dan mengeras sekali kudekatkan ke vaginanya. Kucium pundak dan leher belakangnya. Ikat rambutnya aku lepas sehingga dirinya semakin seksi kala menggeliat dan rambutnya terurai ke sana kemari. Aku gesekan penis di bibir memeknya, sengaja aku mempermainkan Lili.

”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu mau burungku kumasukkin..hmm.. ?”. ”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya makin kencang. Kumasukkan penisku dengan pelan. ”Eemmppff..”, erangnya. Lalu kudorong pelan hingga penisku terasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Aku menggerakkan tubuhku dengan pelan, nikmat nya pijitan dindingnya yang masih kuat. Dua tanganku tak bisa berhenti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 pelan 3 kuhentakkan dalam – dalam. Lalu tangan kananku meraih kepalanya seperti tadi dan kucium panas bibirnya. Dinding vagina Lili makin hangat dan becek sepertinya. Dua tangannya mencengkeram erat pinggir bak mandi.

Sekarang tanpa hitungan, kumasuk keluarkan penis cepat dan kuat. ”Oohh..
oohh…hhmmppffftt..”, desah Lili berulang. Sedang aku sedikit menggeram dan ”oouugghhh..hhmmppff..memekmu enaknya Lllliiiiiii..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku dan pantat Lili makin rapat. Tangan kanan ku usap ke vaginanya.

Dalam kamar mandi hanya ada suara tetes air demgan desah, bunyi beradunya paha dan pantat dan erangan kami. ”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Liiiii..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Di dalam apa di llluuaarrr”, tanyaku. ”Dddaalllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Lili. Mendengar itu serangan makin kufokuskan. Segala yang ada di tubuhnya aku remas.

Dua tangan Lili tak tahan di pinggir bak mandi dan mencengkeram paha serta pantatku. Bibirku dicarinya lalu ”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas dengan kuat. Bibirnya dilepas dariku dan ”ooouuggghhh..”, desah Lili panjang. Cairan yang hangat terasa mengaliri penisku yang masih mengeras. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kupeluk dengan erat tubuh depannya. Kucium dan kugigit leher belakangnya. Lalu tangan kiriku meraih kepalanya dan kucium. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan spermaku berkali kali. ”Ooouugghhh Llliiiillliiii..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di susu sedang yang kanan di vaginanya.

Lama kami berposisi seperti itu. ”Makasih ya Lin..kamu baik sekali. Enak banget tubuhmu”, kataku dengan membalikkan badannya dan ku kecup dengan mesra bibirnya. Penis kumasukkan lagi, masih ingin berlama lama di hangatnya vagina Lili. ”Saya yang terima kasih Pak. Sudah lama saya pingin tapi sama orang yang nggak kenal kan nggak mungkin Pak. Burung Bapak sangat cocok di memekku”, Lili menjawab dan mencium bibirku pula.

”Memekmu masih kuat pijitannya..dan panas”. Kubelai rambutnya, ”kok bisa kamu pingin ngajak main sama aku? Malah aku yang takut kamu laporin”. Sambil mengusap usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin mainan adik, saya liat gambar di komputer. Terus waktu Bapak kencing tadi kan lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang agak gede pas keluar dari celana”. ”Oo gitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih nyimpen obatnya ?”, sambil kucubit pipinya. ”Masih kok Pak..sisa yang dulu”, jawab Lili. Makin lama terasa penisku yang mengecil. Kucium lagi bibirnya, ”sekarang..mandi yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Lili menjawab sambil tersenyum manis. Ia lalu memelukku erat. Aku membalasnya dengan memeluk erat dan mengusap punggung serta kepalanya.




Bokep Asia, Bokep Jepang, Bokep Kontol Gede, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Gratis download Video Porno, blowjob, Creampie, ngentot di gubuk,perjaka, gratis video porno, nonton film blue, semi jepang, nonton film semi, film semi gratis, download semi gratis, film jav, nonton jav, aori sora, miyabi, nonton bokep, bokep japan, bokep asian, nonton bokep abg, nonton film blue, download bokep gratis, gratis download bokep, nonton bokep japan no sensor, nonton bokep perawan, bokep perawan, Blowjob, bokep indo, bokep india, bokep vietnam, bokep korea ngentot, blowjob, creampie, cum in mouth, mouth, hot babe, cum in shot, sperm, eat sperm, makan peju, colok memek, brazzers, tiny4k, big boobs,

0 komentar:

Posting Komentar